Stockholm Itu Dimana

Perasaan negatif terhadap figur otoritas

Korban sering mengembangkan ketidakpercayaan atau perasaan negatif terhadap pihak otoritas, seperti polisi atau pihak penegak hukum lainnya.

Hal ini terjadi karena korban melihat pihak otoritas sebagai ancaman bagi hubungannya dengan pelaku.

Perasaan positif terhadap pelaku

Meskipun korban mungkin mengalami penderitaan atau kekerasan, mereka juga merasakan simpati, rasa hormat, atau bahkan afeksi terhadap pelaku.

Hal ini sering terlihat dalam situasi di mana korban merasa pelaku memberikan perlindungan atau perawatan dalam situasi yang berbahaya.

Komplikasi Stockholm Syndrome

Jika tidak segera diatasi, korban sindrom ini berpotensi mengalami komplikasi emosional dan psikologis yang serius. Salah satu komplikasi utamanya adalah post-traumatic stress disorder (PTSD).

Nah, PTSD membuat korbannya mengalami kilas balik, mimpi buruk, dan kecemasan berlebih yang berkepanjangan. Selain itu, pengidap sindrom mungkin juga mengalami penurunan harga diri.

Rasa percaya diri mereka sering terkikis oleh trauma yang mereka alami, ditambah dengan kebingungan emosional terkait perasaan positif mereka terhadap pelaku.

Kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah trust issue (kesulitan untuk mempercayai orang lain), di mana korban menjadi sangat skeptis atau waspada terhadap orang-orang di sekitar mereka.

Hal ini bisa menghambat kemampuan korban untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain. Trauma yang tidak diobati juga dapat memengaruhi kesehatan mental korban dalam jangka panjang.

Akibatnya, korban berisiko mengalami depresi, kecemasan, dan isolasi sosial.

Pembinaan Olahraga

Terlibat dalam olahraga adalah salah satu cara untuk membangun keterampilan dalam berelasi. Sayangnya, beberapa dari hubungan yang terbangun lewat pembinaan olahraga pada akhirnya berakhir negatif.

Teknik pelatihan yang keras bisa menjadi kasar. Atlet mungkin mengatakan pada diri sendiri bahwa perilaku pelatih mereka adalah untuk kebaikan mereka sendiri. Ini pada akhirnya dapat menjadi bentuk sindrom Stockholm.

Gejala mirip PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)

Korban juga sering mengalami gejala yang serupa dengan PTSD, seperti kilas balik peristiwa traumatis, rasa tidak percaya terhadap orang lain dan perasaan tertekan.

Korban juga menjadi mudah tersinggung, kecemasan berlebihan, kesulitan menikmati aktivitas yang dulu disukai, serta kesulitan berkonsentrasi.

Gejala-gejala ini sering kali berlangsung lama bahkan setelah situasi traumatis berakhir.

Faktor yang Mendasari Timbulnya Stockholm Syndrome

Dalam suatu penyanderaan, para sandera umumnya akan merasa benci dan takut karena pelaku atau penculik kerap berlaku kasar, bahkan kejam. Namun, dalam kasus Stockholm syndrome, hal yang terjadi justru sebaliknya. Para korban justru merasa simpati terhadap pelaku.

Ada beberapa faktor yang mendasari munculnya Stockholm syndrome, di antaranya:

Para psikolog menduga jika Stockholm syndrome merupakan cara korban untuk mengatasi stres atau trauma yang berlebihan akibat penyanderaan.

Meski begitu, penelitian menyebutkan bahwa Stockholm syndrome tidak hanya berlaku pada situasi penyanderaan, tetapi juga bisa terjadi pada situasi tertentu, seperti pelecehan anak, pelecehan antar pelatih dan atlet, hubungan abusive, dan perdagangan seks.

Mengenali Gejala Stockholm Syndrome

Seperti sindrom lain, Stockholm syndrome juga terdiri dari sekumpulan gejala. Gejala gangguan ini secara umum hampir sama dengan gejala gangguan stres pasca trauma atau PTSD.

Gejala Stockholm syndrome meliputi:

Simpati terhadap pandangan pelaku

Korban bisa mulai membenarkan perilaku atau keyakinan pelaku, bahkan yang melibatkan kekerasan atau perilaku merugikan.

Mereka mungkin berpikir bahwa pelaku memiliki alasan yang sah untuk bertindak seperti itu, atau merasa bahwa pelaku sebenarnya adalah “korban” dari situasi yang lebih besar.

Pencegahan Stockholm Syndrome

Sayangnya, tidak ada cara yang pasti untuk mencegah sindrom stockholm, mengingat kondisi ini berkembang sebagai respons terhadap trauma ekstrem, seperti penculikan atau kekerasan fisik dan mental.

Karena sindrom ini merupakan respons psikologis  yang tidak dapat diprediksi, tindakan pencegahan cenderung sulit dilakukan.

Stockholm syndrome juga tidak terbatas hanya pada korban penculikan. Orang yang mengalami pelecehan fisik atau emosional dalam hubungan pribadi atau lingkungan kerja juga dapat mengembangkan perasaan serupa terhadap pelaku.

Menyadari atau memahami tanda-tanda awal dan mencari respon yang cepat terhadap trauma bisa membantu mengurangi risiko berkembangnya sindrom ini. Meski begitu, hal ini tidak sepenuhnya dapat dicegah.

Hubungi Psikiater Ini Jika Mengidap Stockholm Syndrome

Apabila kamu atau orang terdekat mengalami gejala Stockholm Syndrome, segera hubungi psikiater di Halodoc untuk mendapat saran perawatan.

Psikiater di Halodoc telah berpengalaman serta mendapatkan penilaian baik dari pasien yang sebelumnya mereka tangani.

Berikut psikiater di Halodoc yang bisa kamu hubungi:

Itulah beberapa psikiater yang bisa kamu hubungi untuk bantu perawatan terkait Stockholm Syndrome. Jangan ragu untuk segera menghubungi dokter agar dapat segera ditangani.

Dokter tersebut tersedia selama 24 jam di Halodoc sehingga kamu bisa lakukan konsultasi dari mana saja dan kapan saja.

Namun, jika dokter sedang tidak tersedia atau offline, kamu tetap bisa membuat janji konsultasi melalui aplikasi Halodoc.

Tunggu apalagi? Ayo, pakai Halodoc sekarang juga!